tugas kuliah UT,
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) PADA MATERI KPK
DAN FPB DALAM PELAJARAN MATEMATIK DI
KELAS IV
SDN 2 KALAPANUNGGAL
Depi
Rismayanti/Nim. 836384116
Depi.rismayanti@gmail.com
Program
Studi PGSD SI (BI) Kurikulum Baru
UNIVERSITAS
TERBUKA UPBBJ-Bogor
ABSTRAK
Rendahnya hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Matematika kelas IV SDN 2 Kalapanunggal, maka
diadakanlah penelitian. Penelitian dilakukan dengan pendekatan penelitian tindakan
kelas (PTK), dilaksanakan secara kolaboratif dan dilakukan dalam dua siklus.
Tujuan utama diadakannya penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar
siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) pada
mata pelajaran Matematika di kelas IV SDN 2 Kalapanunggal dengan KKM 65. Dengan
fokus materi FPB dan KPK. Subjek penelitian ini adalah siswa/siswi kelas IV SDN
2 Kalapanunggal sebanyak 27 siswa/siswi terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 12
siswi perempuan . Penelitian dilaksanakan pada awal semester satu tahun ajaran
2017-2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap prasiklus yang tuntas
mencapai KKM yaitu sebanyak 9 siswa (33%), pada siklus1 yang tuntas mencapai
KKM sebanyak 13 siswa (48%), sedangkan
di siklus 2 yang tuntas mencapai KKM yaitu sebanyak 22 siswa (81%). Dari uraian
di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa dengan penggunaan model pembelajaran Matematika realistik (PMR)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajara matematika. Oleh karena
itu peneliti menyarankan agar penerepan model pembelajaran matematika realistik
menjadi sebuah konsep yang bisa digunakan pada mata pelajaran matematika dan
mata pelajaran yang lainnya.
Kata kunci: Hasil belajar, Model pembelajaran
matematika realistik (PMR), Materi FPB dan
KPK,
!. PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Pelaksanaan Pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar bertujuan memberikan
bekal kepada siswa untuk hidup bermasyarakat dan dapat melanjutkan Pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi. Salah satu bidang pengajaran yang ada di jenjang
pendidikan di SD yaitu matematika.
Pembelajaran
matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar
kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga
peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang
dipelajari.
kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga
peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang
dipelajari.
Pembelajaran matematika di sekolah dasar menjadi bekal awal anak dalam
mengembangkan kemampuan dan
keterampilannyadalam berhitung. Selain itu pembelajaran matematika juga dapat menumbuhkan
sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
Usia sekolah dasar merupakan momen bagi anak untuk belajara matematika
karena pada usia sekolah dasar kemampuan anak dalam beberapa aspek sangat
menonjol. Pelajaran matematika sangat erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari, bahkan pengetahuan matematika seringkali digunakan sebagai bahan
tes atau evaluasi untuk mengukur kecerdasan seseorang. Menurut Dr. Howard Gartner ada 8 jenis
kecerdasan manusia yang bisa mencerminkan berbagai cara untuk berinteraksi
dengan dunia salah satu kecerdasannya adalah kecerdasan Matematika dan logis.
Akan tetapi pada kenyataannya penggunaan ide-ide, konsep-konsep dan
aplikasi itu tidak mudah siswa bayangkan, sering kali siswa mengalami masalah
dalam pelaksanaan pembelajarannya. Seperti dalam kemampuan berhitung terutama
pada saat menjumlah, mengalikan, dan membagi pada saat menyelesaikan soal siswa terutama
dalam pembelajaran KPK dan FPB
hingga saat ini masih belum seperti yang diharapkan.
Materi Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar
(FPB) merupakan salah satu pokok bahasan dalam pembelajaran matematika
yang ada di Sekolah Dasar yang mulai dipelajari dari kelas IV. Agar
pembelajaran KPK dan FPB dapat terkuasai oleh siswa hingga kelas VI maka sejak
kelas IV penguasaan akan konsep KPK dan FPB perlu di tanamkan sejak awal,
karena dengan memahami konsep KPK dan FPB maka materi yang masih berhubungan akan lebih
mudah dipahami misalnya dalam pokok bahasan pecahan.
Berdasarkan pada realitas di atas, maka diadakanlah perbaikan pembelajaran
melalui Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran
sehingga memperoleh hasil seperti yang diharapkan.
1. Identifikasi
masalah
Pelajaran Matematika sangat penting, namun pada pelaksanaan pembelajarannya masih banyak
ditemukan permasalahan di lapangan. Permasalahan dilapangan ini antara lain:
a. Minat belajar dan antusias siswa terhadap mata pelajaran matematika
masih rendah,
b. Penguasaan konsep matematika siswa SD masih
rendah dan masih banyak yang kurang paham tentang sebuah konsep terutama KPK
dan FPB.
c. Siswa masih fasif ketika melaksanakan
pembelajaran, siswa masih lemah dalam
hal perkalian,
d. Masih banyak siswa yang sering tidak
mengumpulkan pekerjaan rumah,
e. Ketika guru menjelaskan siswa masih banyak
yang ngobrol atau dengan kata lain siswa masih susah untuk konsentrasi,
f. Prestasi dan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika terutama KPK dan FPB masih rendah.
2. Analisis Masalah
Analisis masalah yang bisa diambil berdasarkan pada identifikasi di atas,
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan pembelajaran kurang efektif dan
kurang menarik karena menggunakan metode tradisional yakni metode ceramah dan
tanya jawab saja.
b. Pengalaman dan pengetahuan guru tentang
model/metode pembelajaran masih kurang.
c. Kurangnya komunikasi antara guru dan siswa
selama pembelajaran berlangsung.
d. Kurangnya penggunaan media/alat yang
digunakan selama kegaiatan pembelajaran berlangsung.
3. Alternatif
dan prioritas pemecahan masalah
Keberhasilan dalam pembelajaran matematika di kelas tidak akan sama, dimana setiap siswa mempunyai karakter
yang berbeda satu sama lainnya perbedaan tersebut antara lain tampak pada
fisik, cara berfikir, cara berkomunikasi, minat, bakat, pemahaman, kemampuan belajar, cara
menyelesaikan masalah dan sebagainya.
Dengan adanya perbedaan-perbedaan pada setiap siswa maka dapat mempengaruhi
keberhasilan dan kelancaran dalam proses pembelajaran di kelas seperti halnya
dalam pembelajaran KPK dan FPB.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dalam
materi KPK dan FPB di kelas VI SD
maka dapat menggunakan suatu pembelajaran yang mengacu kepada penggunaan
strategi yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar baik secara mental, fisik,
maupun sosial. Salah satu model yang dapat efektif meningkatkan kemampuan
berfikir siswa yaitu model pembelajaran matematika realistik.
Berdasarkan uraian diatas, maka
model pembelajaran matematika realistik merupakan model yang dapat membantu
dalam pembelajaran matematika terutama pada materi KPK dan FPB, sehingga
diharapkan melalui pembelajaran matematika realistik akan menumbuhkan kerjasama
yang baik antar anggota kelompok dan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada
mata pelajaran matematika siswa terutama pada materi KPK dan FPB.
B.
Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
diatas, permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah "Bagaimana
meningkatkan prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran matematika realistik pada pembelajaran
Matematika materi KPK dan FPB di kelas
IV SDN 2 Kalapanunggal Kecamatan
Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi Tahun pelajaran 2017/2018.
Dari masalah pokok diatas, selanjutnya diuraikan lebih
rinci ke dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah
model pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan hasil pembelajaranmatematika
pada materi KPK dan FPB di kelas IV SDN 2 Kalapanunggal Kecamatan
Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi Tahun pelajaran 2017/2018?
2. Bagaimanakah
cara meningkatkan minat belajar siswa di
kelas IV SDN 2 Kalapanunggal Kecamatan
Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi dengan menggunakan model pembelajaranmatematika
realistik pada pelajaran matematikadalam
materi KPK dan FPB?
C. Tujuan PenelitianPerbaikan Pembelajaran
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian perbaikan
pembelajaran ini, sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan yaitu :
1. Untuk
mengetahui hasil belajar siswa pada pelajaran matematika melalui model
pembelajaran matematika realistik pada materi KPK dan FPB di kelas IV SDN 2
Kalapanunggal Kecamatan
Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi Tahun pelajaran 2017/2018.
2. Untuk meningkatkan minat belajar siswa di kelas IV
SDN 2 Kalapanunggal
Kecamatan Kalapanunggal Kabupaten
Sukabumi dengan menggunakan model pembelajaranmatematika realistik pada pelajaran matematikadalam materi KPK dan FPB
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Dari hasil penelitian Perbaikan pembelajaran ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi peningkatan pembelajaran di sekolah dasar pada
umumnya, dan khususnya bagi pembelajaran di
kelas IV SDN 2 Kalapanunggal Kecamatan Kalapanunggal Kabupaten
Sukabumi Tahun pelajaran 2017/2018.Adapun manfaat penelitian perbaikan
pembelajaran ini secara khusus yaitu :
1. Bagi
siswa, dapat membantu dalam meningkatkan hasil
pembelajaran matematika
materi KPK dan FPB dengan bekerja
dalam kelompoknya bersama teman sebayanya.
2. Dapat
menjadi motivasi dalam pembelajaran karena siswa dapat bekerja sama sehingga
belajar matematika akan menyenangkan.
3. Bagi
guru SD, dapat dijadikan salah satu model dalam pembelajaran matematika untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika khususnya pokok bahasan KPK dan
FPB sejak awal.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat hasil belajar
1. Pengertian hasil
belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan
yang dimiliki setelah mengikuti dan
menerima pelajaran yang sudah
diikutinya. Kemampuan tersebut meliputi 3 aspek yakni aspek kognitif, afektif
dan psikomotor. Hasil belajar dapat dapat diketahui dengan menggunakan alat
pengukuran berupa tes dan non test. Tes digunakan sebagai bahan pembuktian
terhadap tingkat kemampuan pencapaian tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
Sudjana (2010:22) mengatakan bahwa
hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajar. Hasil belaja siswa hakikatnya
merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar
mengajar. Tingkah laku dalam pengertian luas disini mencakup 3 aspek yakni
ranah koognitif, afektif dan psikomotor.
Gagne
(dalam Sudjana: 2010.22) hasil belajar dapat dikembangkan menjadi lima macam, yaitu: (1). Hasil belajar
intelektual, merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingsikolastik.(2).
Strategi koognitif, yaitu mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam
arti seluas-luasnya termasuk kemampuan memecahkan masalah ,(3). Sikap dan
nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional dimiliki seseorang
sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan beringkah laku terhadap orang dan
kejadian, (4). Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta, (5).
Keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup
serta memprestasikan konsep dan lambang.
Hasil belajar dapat diketahui dengan
melakukan penilaian-penilaian tertentu yang menunjukkan sejauh mana
kriteria-kriteria penilaian telah tercapai. Penilaian bisa dilakukan dengan tes
dan non test.
Warsito (dalam Depdiknas, 2006: 125)
mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan
perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sehubungan
dengan hal itu maka Wahidmurni, dkk.
(2010:18) menjelaskan bahwa seseorang dikatakan
telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya suatu perubahan
dalam dirinya. Perubahan tersebut di antaranya
dari segi kemampuan berfikir, keterampilan atau sikap terhadap suatu
objek.
Berdasarkan pada kajian beberapa teori di atas, maka
hasil belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan baik itu pengetahuan,
sosial, maupun keterampilan yang diperoleh seseorang setelah mendapatkan
pengalaman sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan itu yakni adanya perubahan tingkah laku pada
diri peserta.
2. Tujuan Penilaian hasil belajar
Tujuan penilaian hasil belajar
menurut Sudjana (2005:23) adalah sebagai berikut:
a.
Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa sehingga
dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang study atau
mata pelajaran yang ditempuhnya.
b.
Mengetahui keberhasilan
proses pendidikan dan pengajaran di sekolah,yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku siswa ke
arah tujuan pendidikan yang diharapkan.
c.
Menentukan tindak lanjut hasil
penilaian, yakni
melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan yang
diharapkan.
d. Memberikan pertanggung jawaban dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar
Menurut Shabri (2005), hasil belajar
yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari lingkungan dan faktor dari
diri siswa itu sendiri. Faktor yang datang dari siswa itu sendiri yaitu: kemampuan belajar (intelegensi), motivasi
belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, faktor fisik dan
fsikis. Sedangkan faktor dari lingkungan yaitu:
ukuran kelas suasana belajar
(termasuk didalamnya guru), fasilitas, sumber belajar yang ada.
Menurut Munadi (Rusman, 2012:12) faktor-faktor
yang memperngaruhi hasil belajar antara lain: Faktor internal (faktor fisiologis
seperti kesehatan dan faktor Psikologis seperti IQ), Dan faktor Eksternal
(faktor lingkungan dan faktor instrumental).
Menurut Sunarto (2009: 23)
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain faktor Internal
(Kecerdasan/Intelegensi, Bakat, Minat, Motivasi) dan Faktor Eksternal (Keadaan
lingkungan keluarga, Keadaan lingkungan sekolah, dan keadaan lingkungan
masyarakat).
Clark
(dalam Shabri, 2005:25) faktor yang mempengaruh hasil belajar siswaadalah
lingkungan dan kemampuan siswa. Lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa sebesar 30%, dan kemampuan siswa
itu sendiri sebesar 70%.
Hasil belajar dipengaruhi oleh dua
faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang muncul dari dalam diri sendiri diantaranya adalah faktor sikologis yang bersangkutan, makin
tenang keadaan sikologis seseorang maka hasil pembelajaranpun akan semakin
maksimal. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi hasil
belajar seseorang yang berasal dari luar seperti lingkungan. Lingkungan sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar karena keadaan lingkungan yang kondusif bisa
menyebabkan proses pembelajaran kondusif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa/siswi.
Selain lingkungan yang mempengaruhi hasil
belajar dari faktor eksternal adalah
seorang guru. Sebagaimana yang dikatakan
Setyono (2007: 15).yaitu bagaimana guru menyampaikannya di kelas
menjadi suatu faktor penentu. Jadi, seorang guru dituntut untuk memeliki
keterampilan dan kemampuan untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada
siswa/siswinya untuk bisa menyampaikan materi secara maksimal dan bisa menarik
minat siswa/siswi untuk menyukai dan akhirnya mau mempelajarinya.
B. Hakikat KPK dan FPB
1.
Kelipatan persekutuan Terkecil (KPK)
a.Pengertian
Kelipatan, Kelipatan Persekutuan dan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK).
Kelipatan suatu bilangan diperoleh
dengan cara mengalikan bilangan tersebut dengan bilangan asli. Bilangan asli merupakan bilangan cacah
kecuali nol. Sedangkan Kelipatan persekutuan
adalah Bilangan-bilangan yang sama dari kelipatan dua bilangan tersebut.
Priatna (2016:46-57).
(Mulyati dkk, 1998:49) KPK dari dua
bilangan asli atau lebih adalah bilangan asli terkecil yang merupakan kelipatan
bilangan-bilangan asli tersebut.
Mustaqim (2008: 54) Kelipatan
Persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan adalah kelipatan persekutuan
bilangan-bilangan tersebut yang nilainya paling kecil.
Berdasarkan pada kedua pendapat di
atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Kelipatan
Persekutuan Terkecil adalah Kelipatan bilangan asli yang nilainya paling kecil.
b.
Langkah-langkah menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil(KPK)
Langkah-langkah dalam menentukan
Keliptan Persekutuan terkecil menurut Priatna (2016: 58) adalah sebagai
berikut:
1).
Menentukan Kelipatan dari masing-masing bilangan
2).
Menentukan kelipatan persekutuan dari 2 bilangan tersebut.
3).
Menentukan kelipatan persekutuan terkecil dari 2 bilangan tersebut.
2.
Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)
a.
Pengertian Faktor, Faktor Persekutuan dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)
Faktor adalah pembagi dari suatu
bilangan, yaitu bilangan-bilangan yang membagi habis bilangan tersebut,
sedangkan Faktor persekutuan dari dua bilangan adalah faktor-faktor dari dua bilangan
tersebut yang bernilai sama. Sedangkan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dari
dua bilangan adalah faktor persekutuan bilangan-bilangan tersebut yang nilainnya
paling besar. Mustaqim (2008:48-56).
Faktor Persekutuan Terbesar dari dua bilangan asli atau lebih adalah
bilangan asli terbesar yang merupakan faktor bilangan-bilangan asli tersebut
(Mulyati dkk, 1998:50).
FPB dari dua bilangan bulat positif, p dan q, adalah bilangan bulat positif
terbesar yang membagi keduanya. (Soewito dkk, 1992:137).
Berdasarkan pada pendapat ahli yang di paparkan di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)
adalah persekutuan bilangan asli yang dapat membagi ke dua bilangan atau lebih
yang nilainya paling besar.
b.
Langkah-langkah untuk menentukan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)
Menurut Priatna (2016: 63)
Langkah-langkah dalam menentukan Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua
bilangan bisa dilakukan dengan dua cara
yaitu: dengan menggunakan himpunan faktor persekutuan dan dengan menggunakan
pohon faktor.
Langkah-langkah dalam menentukan
Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan dengan menggunakan himpunan
faktor persekutuan adalah sebagai berikut:
1).
Menentukan faktor dari masing-masing bilangan
2).
Menentukan faktor persekutuan dari 2 bilangan tersebut.
3).Menentukan
Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dari 2
bilangan. Sedangkan
Langkah-langkah menentukan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dengan menggunakan
pohon faktor adalah sebagai berikut:
1).
Buatlah pohon faktor untuk menentukan faktorisasi prima kedua bilangan.
2). Kalikan faktor-faktor prima yang
sama dari kedua bilangan tersebut. Jika faktor prima yang sama tersebut
pangkatnya berbeda, pilihlah faktor prima dengan pangkat terkecil.
C. Pembelajaran Matematika
1. Pengertian
Matematika
Matematika dalam kurikulum 2006 merupakan ilmu yang universal
yang mendasari perkembangan tekhnologi modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya fikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan tekhnologi di masa yang akan datang
diperlukan penguasaan dan pemahaman
matematika yang kuat sejak dini.
Ini dapat dibuktikan dengan perkembangan tekhnologi yang pesat saat ini
yang sebagian besar dikembangkan dari
teori-teori yang ada dalam dalam
matematika.
Menurut Johnson dan Rising (dalam
Russefendi, 1972) Matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan,
pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah
yang didefinisiskan dengan cermat, jelas dan akurat refresentasinya dengan
simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai
bunyi. Matematika adalah pengetahuan
struktur yang terorganisir, sifat-sifat dalam teori-teori
yang dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak
didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.
Menurut Susilo (1998.225) Matematika
dipandang dari aspek metode, cara penalaran, bahasa dan objek penyelidikannya
memiliki kekhasan, yang keseluruhannya itu merupakan bagian dari kebudayaan
manusia yang bersifat universal. Jadi matematika merupakan hasil dari
kebudayaan atau hasil karya manusia yang
menyeluruh.
2.
Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika menurut
Bruner (dalam Herman Hudoyo, 1998. 56) adalah belajar tentang konsep dan
struktur matematika yang terdapat dalam
materi yang dipelajariserta mencari
hubungan antara konsep dan struktur matematika didalamnya.
Cobb (dalam Erman Suherman, 2003.71)
mengatakan bahwa Pembelajaran matematika sebagai sebuah proses pembelajaran
yang melibatkan siswa secara aktif untuk
mengkonstruksi pengetahuan tentang matematika. Sedangkan menurut Masriyah dkk
(2007.2) hakikat pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang
dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang
untuk melaksanakan kegiatan belajar matematika. Pelajaran matematika harus
memberikan kesempatan dan peluang kepada siswa untuk berusaha mendapatkan
pengalaman tentang matematika.
Dalam pembelajaran matematika siswa
harus dibiasakan untuk mendapatkan pemahaman melalui pengalamannya tentang
sifat-sifat dari sebuah objek yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh Erman Suherman (1986. 55).
Berdasarkan pada beberapa teori di
atas maka dapat di simpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah usaha untuk
memahami pola, sifat dan konsep dari setiap kebenaran yang ada.
D. Hakikat model Pembelajaran
Matematika Realistik (PMR)
1. Pengertian Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)
Gatot Muhsetyo,dkk
(2017.1.16) mengatakan Realistic Mathemathics Education (RME) atau pembelajaran Matematika Realistik pada
awalnya digunakan sebagai pendekatan untuk meningkatkan mutu pembelajaran
matematika, melalui kegiatan yang disebut pematematikaan. Pematematikaan terbgi
menjadi dua yaitu pematematikaan
horizontal dan pematematikaan vertikal. Pematematikaan horizontal adalah
pembelajaran matematika secara kontekstual, yaitu dengan mengaitkan situasi dunia
nyata di sekitar siswa atau keadaan sehari-hari. Sedangkan pematematikaan
vertikal adalah pendalaman dan pemahaman konsep-konsep matematika dengan benar.
Pematematikaan horizontal dilambangkan dengan H sedangkan pematematikaan
vertikal diberi lambang V.
Menurut Zainurie (2007) matematika
realistik adalah matematika
sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa
sebagai titik awal pembelajaran. Permasalahan yang realistik atau yang sesuai
dengan kehidupan peserta didik dapat digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika atau
pengetahuan matematika formal. Pembelajaran
matematika realistik di kelas berorientasi pada karakteristik-karakteristik Realistic
Mathematics Education (RME), sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk
menemukan kembali konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal. Peserta
didik diberi kesempatan untuk
mengaplikasikan konsep-konsep
tentang matematika dalam menyelesaikan
masalah sehari-hari. .
Realistic Mathematics Education (RME) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika. Teori RME pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal, ini mengacu dengan apa yang dikemukakan oleh Freudenthal (dalam Zainurie, 2007) yang mengatakan bahwa matematika itu harus dikaitkan dengan realita dalam setiap aktivitas manusia. Ini dapat diartikan bahwa matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata.
Realistic Mathematics Education (RME) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika. Teori RME pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal, ini mengacu dengan apa yang dikemukakan oleh Freudenthal (dalam Zainurie, 2007) yang mengatakan bahwa matematika itu harus dikaitkan dengan realita dalam setiap aktivitas manusia. Ini dapat diartikan bahwa matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata.
Pada dasarnya pembelajaran matematika
realistik adalah pembelajaran yang memanfaatan
realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses
pembelajaran matematika, sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara
lebih baik dari pada yang lalu. Realita yang dimaksud di sini adalah hal-hal yang nyata atau
kongret yang dapat diamati atau dipahami peserta didik lewat membayangkan dan
mengalaminya sendiri, sedangkan yang dimaksud dengan
lingkungan adalah lingkungan tempat peserta didik berada baik lingkungan
sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami peserta didik.
Lingkungan dalam hal ini disebut juga
kehidupan sehari-hari.
Karena matematika realistik menggunakan masalah yang real sebagai pangkal tolak pembelajaran maka
situasi masalah perlu diusahakan benar-benar kontekstual atau sesuai dengan
pengalaman siswa, sehingga siswa dapat memecahkan
masalah dengan cara-cara informal. Cara-cara informal yang ditunjukkan oleh
siswa digunakan sebagai inspirasi pembentukan konsep matematika.
Pembelajaran Matematika Realistik adalah suatu pendekatan
dalam pembelajaran matematika yang
memanfaatkan realitas (kenyataan) dan pengalaman siswa sebagai bahan
yang digunakan dalam pembelajaran. Siswa
diberi kesempatan untuk merangkai dan menyelesaikan permasalahan yang
dihadapinya sehingga akan mudah diingat
dan mudah untuk dipahami tentang sebuah
konsep pada materi yang diajarkankan, sehingga dapat meningkatkan hasil
belajarnya.
2.
Karakteristik Pembelajaran Matematika
Realistik (PMR)
Menurut Treffers (dalam Zainurie, 2007) karakteristik Pembelajaran matematika Realistik (PMR) adalah:
Menurut Treffers (dalam Zainurie, 2007) karakteristik Pembelajaran matematika Realistik (PMR) adalah:
a.
Menggunakan konteks dunia nyata, yang menjembatani konsep-konsep
matematika dengan pengalaman anak sehari-hari
b. Menggunakan model-model (matematisasi),
artinya siswa membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah.
c.
Menggunakan produksi dan konstruksi, dengan pembuatan produksi bebas siswa terdorong untuk melakukan
refleksi pada bagian yang mereka anggap penting dalam proses belajar.
Strategi-strategi informal siswa yang berupa prosedur pemecahan masalah
kontekstual merupakan sumber inspirasi dalam mengkonstruksi pengetahuan
matematika formal.
d.
Menggunakan interaksi,
secara eksplisit
bentuk-bentuk interaksi yang berupa negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju,
tidak setuju, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk formal
dari bentuk-bentuk informal siswa.
e.
Menggunakan keterkaitan (intertwinment), dalam mengaplikasikan matematika,
biasanya diperlukan pengetahuan yang lebih kompleks, dan tidak hanya
aritmetika, aljabar, atau geometri tetapi juga bidang lain.
Sementara
menurut Soedjadi (2001:3) Karakteristik dan komponen pembelajaran matematika
realistik adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan
konteks, artinya dalam pembelajaran matematika realistik lingkungan keseharian
atau pengetahuan yang telah dimiliki siswa dapat dijadikan sebagai bagian
materi belajar yang kontekstual bagi siswa.
b. Menggunakan
model, artinya permasalahan atai ide dalam
matematika dapat dinyatakan dalam bentuk model, baik model dari situasi nyata maupun model
yang mengarah ke tingkat abstrak.
c. Menggunakan
konstribusi siswa, artinya pemecahan masalah atau penemuan konsep didasarkan
pada sumbangan gagasan siswa.
d. Interaktif,
artinya aktivitas proses pembelajaran dibangun oleh interaksi siswa dengan
siswa, siswa dengan guru, siswa dengan lingkungan dan sebagainya.
e. Terintegrasi
dengan topik pembelajaran lainnya, artinya topik-topik yang berbeda dapat
diintegrasikan sehingga dapat memunculkan pemahaman tentang suatu konsep secara
serentak.
3.
Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)
Zainurie (2007) mengemukakan
langkah-langkah pembelajaran matematika realistik adalah sebagai berikut:
a.
Persiapan
Guru menyiapkan masalah konstektual, guru harus benar-benar memahami
masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang mungkin akan ditempuh siswa
dalam mnyelesaikan permasalahannya.
b.
Pembukaan
Guru memperkenalkan pada siswa tentang strategi yang akan digunakan yakni
masalah dari dunia nyata,
kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut sesuai dengan cara mereka
sendiri.
c.
Proses
Pembelajaran
Siswa diminta mencoba berbagai cara untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan
pengalamannya baik secara kelompok maupun perorangan. Kemudian siswa
diminta untuk mempresentasikan hasilnya di depan siswa lain dan siswa atau
kelompok yang lain memberikan tanggapan terhadap hasil kerja siswa/kelompok
penyaji. Guru mengawasi jalannya diskusi
dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi
terbaik serta menemukan aturan atau prinsip yang bersifat lebih umum.
d.
Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui diskusi
kelas, siswa diajak untuk menarik kesimpulan dari pembelajaran saat itu, Pada
akhir pertemuan siswa diminta untuk mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk
matematika formal.
Secara garis besar langkah-langkah metode pembelajaran matematika realistik
terbagi kedalam empat tahapan yakni: 1). Memahami masalah kontekstual), 2).
Menyelesaikan masalah kontekstual tersebut, 3). Membandingkan dan mendiskusikan
jawaban, 4). Membuat kesimpulan.
4. Kelebihan pembelajaran PMR
Menurut Suwarsono kelebihan pembelajaran
matematika realistik/PMRantara lain:
a.
Memberikan pengertian
yang jelas kepada siswa tentang keterkaitan antara matematik dengan kehidupan
sehari-hari dan tentang kegunaan matematika pada umumnya bagi manusia.
b.
Matematika adalah suatu bidang
kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa dan oleh
orang lain tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar matematika.
c.
Cara menyelesaikan soal atau masalah tidak harus satu, dan tidak usah harus sama antara
orang yang satu dengan yang lainnya.
d.
Mempelajari matematika peruses pembelajaran merupakan sesuatu yang
utama, untuk
mempelajarai
metematika orang harus menjalani sendiri peroses itu dan menemukan sendiri
konsep-konsep matematika dengan bantuan guru.
e.
Memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai pendekatan pembelajaran lain yang jugadianggap unggul yaitu antara pendekatan pemecahan masalah, pendekatan konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan.
5. Kelemahan Pembelajaran PMR
Kelemahan pembelajaran
realistik/PMR menurut Suwarsono (dikutip
Hadi, 2003), yaitu :
a.
Pencarian soal-soal
yang kontekstual tidak terlalu mudah untuk setiap topik matematika yang perlu
dipelajari siswa.
b.
Penilaian dan pembelajaran matematika realistik/PMR lebih rumit dari pada pembelajaran konvensional.
c.
Pemilihan alat peraga harus cermat sehingga dapat membantu peroses berfikir siswa.
E. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1. Pengertian
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian merupakan terjemahan dari bahasa inggris: research. Penelitian Tindakan Kelas menurut Kunandar (2011.
45) terdiri dari tiga kata yaitu
penelitian yang artinya aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui
metodologi ilmiah dengan pengumpulan data-data dan dianalisis untu
menyelesaikan suatu masalah, Tindakan yang artinya suatu aktivitas yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan
untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu atau kualitas proses belajar mengajar,
dan Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam
waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
Kemmis dan MC. Taggart dalam Masnur Muslich (2011.8) Penelitian Tindakan
Kelas adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri,
pengalaman kerja sendiri, yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dan
dengan sikap mawas diri.
Menurut Carr & Kemmis dalam Igak
Wardhani dan Kuswaya Wihardit (2016.1.4) jika di simpulkan penelitian tindakan
merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri
sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya, serta
bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek.
Sementara menurut Igak Wardhani dan Kuswaya Wihardit (2016.1.4) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Mills dalam Igak Wardhani dan Kuswaya Wihardit (2016. 1.4) menjelaskan bahwa Penelitian tindakan itu sebagai “systematic
inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah atau konselor sekolah
untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya.
Jhon Eliot (1982) yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas
tindakan didalamnya.
Berdasarkan pendapat ahli di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis
dan terencana oleh guru di dalam kelas yang bertujuan untuk meningkatkan dan
memperbaiki hasil belajar siswa.
2.
Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Karakteristik penelitian Tindakan
Kelas menurut Igak Wardhani dan Kuswaya Wihardit (2016. 1.5) yaitu:
a. Adanya
permasalahan yang terjadi di dalam kelas yang memerlukan penyelesaian.
b. Self-reflective inquiry, atau penelitian
melalui refleksi diri. Guru dituntut untuk merefleksi kegiatan pembelajaran
yang dilakukannya di dalam kelas, dampak tindakan yang dilakukan oleh guru bagi
siswa, kemudian guru memikirkan mengapa
dampaknya seperti itu. Dengan kata lain guru dituntut untuk mencari
permasalahan dan mencari solusi dari permasalahan yang terjadi di dalam
kelasnya.
c. Penelitian
Tindakan Kelas dilakukan di dalam kelas, sehingga yang menjadi fokus penelitiannya adalah kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa.
d. Penelitian Tindakan Kelas
bertujuan untuk memperbaiki
pembelajaran, dilakukan secara bertahap dan terus menerus selama kegiatan
penelitian dilakukan (Siklus). Setiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan–
pelaksanaan-observasi-refleksi- revisi.
Komentar
Posting Komentar