1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Modul 1.4. Depi Rismayanti CGP Angkatan 7 Kabupaten Sukabumi

Koneksi antar materi modul 1.4. Budaya Positif kaitannya dengan materi modul sebelumnya yaitu tentang Filosofi Pendidikan Menurut KHD, Nilai dan Peran Guru Penggerak, Visi Guru Penggerak.

        Filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara. Menurut KHD tujuan pendidikan adalah menuntut segala kodrat yang ada pada anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.  Sebagai seorang guru harus menjadi penuntun dan harus memahami nilai-nilai yang dimiliki sebagai seorang pendidik dan bisa menjalankan perannya sebagai seorang guru maupun bagi guru yang lainnya. 

        Untuk menjadi seorang guru yang sesuai dengan Filosofi KHD di atas kita harus memiliki Nilai dan Peran yang dapat membawa pengaruh dan bisa menggerakan semua orang/ komunitas yang ada disekitarnya. Nilai  yang harus dimiliki oleh CGP adalah Berpihak Pada Murid, Inovatif, Kolaboratif,  Reflektif , dan  Mandiri. Sedangkan Peran Guru penggerak adalah  Menjadi Pemimpin Pembelajaran, Menjadi Coach Bagi Guru Lain, Mendorong Kolaborasi,  Mewujudkan Kepemimpinan Murid, dan dapat Menggerakkan Komunitas Praktisi. 

        Untuk menjadi Guru penggerak kita harus memiliki Visi. Visi berisi tentang impian, harapan (cita-cita), serta nilai, di masa yang akan datang,  dengan  tujuan untuk mencapai perubahan kearah yang lebih baik lagi. Untuk mencapai visi guru penggerak , kita harus memperhatikan nila-nilai dan peran yang dimiliki oleh pendidik, serta melaksanakan pembelajaran yang harus disesuaikan dengan dasar-dasar dari filosofi pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara.   Visi Guru Penggerak memberikan manfaat yang sangat besar dalam pelaksanaan pembelajaran. Visi merupakan awal “Star”  dari kondisi saat ini, dan membayangkan akhir “Finish” sesuai dengan apa yang diharapkan.

        Untuk mewujudkan sebuah Visi kita membutuhkan strategi, yang tentunya akan mempermudah terlaksananya visi. Strategi tersebut bisa kita mulai dengan Berpikir Strategis yang nantinya akan mendorong perubahan budaya sekolah yang berdasarkan pada kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilaksanakan di sekolah. Budaya sekolah ini meliputi: sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang dilakukan warga sekolah dengan peran serta dan inovasi  dari para pendidik yang ada di dalamnya.

        Visi disusun dengan menggunakan tahapan BAGJA. BAGJA adalah gubahan tahapan Inkuiri Apresiatif sebagai pendekatan manajemen perubahan yang pertama kali diperkenalkan oleh Cooperrider ke dalam langkah 4D Discover-Dream-Design-Deliver (Cooperrider & Whitney, 2005) yang kemudian dalam praktik-praktik selanjutnya tahapan Discover dipecah menjadi Define dan Discover (Cooperrider et.al, 2008). Tahap BAGJA ini terdiri dari: Buat Pertanyaan Utama (Define), Ambil Pelajaran (Discover), Gali Mimpi (Dream), Jabarkan Rencana (Design), Atur Eksekusi (Deliver).

           Dari filosofi pendidikan menurut KHD, Nilai dan Peran Guru Penggerak, kemudian Visi Guru Penggerak, ini semua nantinya akan muncul sebuah pembiasaan-pembiasaan positif yang nantinya menjadi sebuah budaya positif yang nantinya akan menimbulkan rasa aman dan nyaman pada murid sehingga proses pembelajaran di sekolah dapat terjalin secara nyaman budaya positif juga dapat mendorong murid untuk berpikir bertindak dan mencipta sebagai suatu proses untuk memerdekakan dirinya sehingga murid menjadi pribadi yang mandiri dan dapat bertanggung jawab.

        Budaya Positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Budaya positif diawali dengan perubahan paradigma tentang teori kontrol. Sebagai seorang guru kita memiliki peranan yang sangat penting dalam menciptakan budaya positif di sekolah.  Budaya positif muncul dari disiplin positif yang sudah diterapkan oleh guru, dengan tujuan untuk memberikan motivasi perilaku manusia (Hukuman dan Penghargaan). Sebagai seorang guru kita uga harus mengontrol murid, kita harus bisa menerapkan posisi control guru sebagai manajer dalam menyelesaikan permasalahannya dengan menggunakan segitiga restitusi. Budaya Positif yang dikembangkan disekolah haruslah diseseuiakan dengan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Budaya positif yang muncul di sekolah berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan yang tertuang dalam  profil pelajar Pancasila. 

Refleksi dari pemahaman keseluruhan materi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut

1. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol,  teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

Jawaban:

        Disiplin Positif menurut Ki Hadjar Dewantara maupun Diane Gossen, adalah bentuk kontrol diri, yaitu belajar untuk kontrol diri agar dapat mencapai suatu tujuan mulia. Tujuan mulia di sini mengacu pada nilai-nilai atau prinsip-prinsip mulia yang dianut seseorang. Kita namakan nilai-nilai tersebut sebagai nilai-nilai kebajikan (virtues) yang universal. Tujuan Disiplin Positif adalah menanamkan motivasi yang ketiga pada murid-murid kita yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.

        Teori Kontrol, menurut  Dr. William Glasser, ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer.

        Teori Motivasi menurut Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia: Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman,  Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.

       Hukuman bersifat tidak terencana atau tiba-tiba. Anak atau murid tidak tahu apa yang akan terjadi, dan tidak dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang memberikan, dan murid hanya menerima suatu hukuman tanpa melalui suatu kesepakatan, atau pengarahan dari pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya. Hukuman yang diberikan bisa berupa fisik maupun psikis, murid/anak disakiti oleh suatu perbuatan atau kata-kata.

        Penghargaan menurut Satrohadiwirya (2010:17) yang mengatakan penghargaan merupakan imbalan balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada para tenaga kerja, karena tenaga kerja tersebut telah memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi kemajuan perusahaan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

        Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998) mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang-ruang kelas mereka selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat, memerdekakan, dan memandirikan murid, bagaimana dan mengapa? Melalui serangkaian riset dan berdasarkan pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer.

        Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan yang harus dipenuhi manusia untuk bertahan hidup dengan layak. Misalkan: sandang, pangan dan papan. Menurut Maslow terdapat hierarki kebutuhan dasar manusia yaitu; kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri

        Keyakinan Kelas adalah salah satu disiplin posistif yang bisa kita terapkan dalam membangun budaya positif di sekolah. Dengan adanya keyakinan kelas di setiap kelas diharapkan dapat mewujudjkan tujuan pendidikan yang berorientasi kepada Profil Pelajar Pancasila. Keyakinan kelas dibuat berdasarkan kesepakatan antara murid dan guru.

        Segitiga Restitusi, Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen,1996).

Langkah-langkah Segitiga Restitusi, adalah  menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan      menanyakan keyakinan. 

2. Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

Jawab:

        Perubahan yang terjadi pada cara berpikir saya dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun di sekolah Setelah mempelajari modul ini adalah perubahan pada pola pikir saya. Sebagai seorang pendidik kita harus bisa memfosisikan diri kita sebagai Kontrol Manajer dalam menghadapi tindakan siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal, dengan m enggunakan tahapan-tahapan segitiga restitusi . Segitiga Restitusi digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dan untuk mengajarkan kepada mereka bagaimana mereka harus  bertanggung jawab dari tindakan mereka dengan penuh keyakinan dan rasa tanggung jawab.

3. Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?

Jawab:

        Pengalaman ketika saya harus bisa  menempatkan diri saya sebagai control  manajer di dalam kelas  Saya berusaha untuk lebih memahami karakteristik dan kebutuhan murid setiap melakukan tindakan tertentu,   membangun budaya positif yang dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis, kemudian  saya juga mengaak rekan guru untuk menerapkan posisi control ketika berada didalam kelas.

4. Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?

Jawab:

        Perasaan saya ketika mengalami kegiatan yang ada di Modul 1.4. sangat luar biasa, saya senang karena mendapatkan ilmu dan pengetahuan baru yang bisa kita gunakan dalam pembelajaran sehari-hari ketika kita berhadapan dengan murid.

5.  Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?

Jawab:

Hal-hal yang sudah baik tentang penerapan konsep-konsep di atas adalah Saya sudah bisa membuat dan menerapkan kesepakatan didalam kelas.Sedangkan Hal yang perlu diperbaiki adalah Penerapan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan, dan mengenai posisi control guru. 

6. Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini,  posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?

Jawab:

        Posisi control sebelum saya mempelajari modul ini adalah lebih banyak berada di posisi kontrol sebagai teman. Persaan saya saat berada diposisi control sebagai teman adalah senang karena bisa berdekatan dan bisa sedikit memahami murid namun membuat murid saya jadi ketergantungan pada guru.  Tapi setelah mempelajari modul ini saya merubah posisi control saya menjadi Manajer dan perasaan saya sekarang saya senang karena saya bisa mengajarkan murid saya untuk bisa mandiri, percaya diri dan dapat menyelesaikan maslahnya sendiri.

7. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?

Jawab: 

Cara saya menghadapi permasalahan sebelum mempelajari modul ini dan sebelum menerapkan segitiga restitusi adalah hanya pada tahap menstabilkan identitas saja, Saya hanya menanyakan alas kenapa murid melakukan itu.

8. Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

Jawab: 

Hal-ha lain yang perlu dipelajari untuk menciptakan budaya positif adalah bagaimana cara untuk bisa melibatkan semua warga sekolah dalam melaksakan budaya positif tersebut. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Filsafat Ilmu dan Kebudayaan

Makalah Kecerdasan spiritual

Makalah Accelerated Learning