3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 3.1. Depi Rismayanti

Tujuan Pembelajaran Khusus: 

  1. CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
  2. CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.

Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):

1.      Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Ki Hajar Dewantara Tut Wuri Handayani (Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa). Ing Ngarso Sung Tuladha memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Ki Hajar Dewantara berpandangan bahwa sebagai seorang guru, kita harus memberikan tauladan atau contoh praktek baik kepada murid. Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi pratata triloka Ing Madyo Mangun Karso dan pada akhirnya guru membantu murid untuk menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi pratatap triloka Selain itu guru juga dituntut untuk bisa menyelesaikan dan memutuskan.

Jika dihadapkan pada berbagai kasus baik itu dilema etika maupun bujukan moral. Dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin harus sesuai dengan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah, itu sesuai dengan filosofi pendidikan menurut KHD. 

2.      Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Sebagai seorang guru kita harus memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam diri kita, Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif yang harus tertanam dalam diri guru itu adalah mandiri, reflektif, kolaboratif inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar berada di situasi dilema etika (benar lawan benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar dan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar. Nilai positip inilah yang nantinya akan mempengaruhi kedalam tiga prinsip pengambilan keputusan. Tiga prinsip itu adalah Berfikir berbasis hasil akhir (end-based thinking), berpikir berbasis peraturan (rules-based thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking).

 

3.      Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Coaching adalah keterampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dalam langkah coaching dengan alur Tirta kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching Tirta sangat ideal apabila dikombinasikan dengan 9 langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil. Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil apakah keputusan yang saya ambil tersebut sudah berpihak pada murid sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat dipertanggungjawabkan.

 

4.      Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan seorang guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika, Karena dasar dari pengambilan keputusan adalah nilai-nilai kebajikan yang tidak bertentangan dengan dilema etika atau bujukan moral. Dalam proses pengelolaan aspek sosial dan emosional dalam pengambilan keputusan maka diperlukan teknik maind fullness atau kesadaran penuh, hadir sepenuhnya dalam masalah yang dialami dan mampu memahami tujuan pembelajaran sosial emosional. Ketika guru mampu menerapkan maind fullness yang di dalamnya juga terdapat nilai-nilai kebajikan maka dia akan  menggunakan nilai-nilai kebajikan yang dimilikinya untuk mengambil sebuah keputusan.

 

5.      Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Setiap guru pasti kita pernah dihadapkan pada situasi dilema etika atau bujukan moral di lingkungan sekolah. Kasus yang dipelajari pada LMS adalah kasus yang sering kita temui di sekolah, dan cara penanganan masalah pada studi kasus yang telah dipelajari pada LMS memberikan contoh dan praktik secara langsung dalam pengmabilan keputusan. Dengan adanya  4 paradigma 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan akan menadi rambu-rambu dalam penyelesaian kasus dilema etika atau bujukan moral yang dihadapi di lingkungan sekolah kita.

 

6.      Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Pengambilan keputusan memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan sebuah organisasi atau satuan pendidikan.  Pengmabilan keputusan yang tepat akan menghasilkan suatu perubahan terhadap organisasi atau lembaga ke arah yang lebih baik berkembang dan mampu mewujudkan visi dan misi yang telah disusun. Namun jika dalam pengambilan keputusan terjadi kesalahan maka akan berdampak buruk bagi organisasi atau lembaga tersebut, sehingga dalam melakukan pengambilan keputusan harus berpedoman pada paradigma prinsip dan 9 langkah dalam proses pengujian dan pengambilan keputusan.

 

7.      Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan tantangan di lingkungan untuk mengambilan keputusan terhadap kasus dilemma etika adalah: Merubah paradigma lama yang sudah ada dan tertanam di lingkungan. Merubah paradigm ini dibutuhkan waktu dan proses yang panjang.  Tantangan lainya adalah sistem yang kadang jika memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah satu kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid, tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan bersama, keputusan yang diambil kadangkala tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan.

 

8.      Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengmabilan keputusan yang kita ambil akan berpengarauh besar terhadap pengajaran yang memerdekakan murid. Apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya, namun sebaiknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kodratnya.. Sebagai seorang pemimpin kita harus mampu mengambil keputusan agar mampu memfasilitasi dan memerdekakan murid dalam proses pembelajaran di sekolah.

 

9.      Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak kepada murid maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi orang-orang yang merdeka, kreatif, dan inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat di mana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten diferensiasi proses dan diferensiasi produk.

 

10.  Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang saya ambil dari pembelajaran modul ini yang dilakukan yang dengan modul-modul sebelumnya adalah Sebagai seorang guru yang menadi pemimpin pembelajaran, dan komunitas praktisi di lingkungan sekolah, guru diharapkan mampu memiliki sikap among berdasarkan pratatap triloka. Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiliki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan dengan sebagai pemimpin pembelajaran. Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur Bagja yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif aman dan nyaman dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh untuk mengantarkan muridnya menuju profil pelajar Pancasila dalam perjalanannya menuju profil pelajar Pancasila ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan 4 Paradigma, 3 prinsip dan  9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya Merdeka mengajar.

 

11.  Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pada pembahasan modul 3.1 saya mempelajari bagaimana cara membuat keputusan bagi seorang pemimpin. Di dalam modul ini ada 4 materi penting dalam upaya membuat keputusan.

A. Dilema Etika vs Bujukan Moral. Dilema etika merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan di mana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah.

B. 4 Paradigma Pengambilan Keputusan. Dari pengalaman kita bekerja kita pada institusi pendidikan, kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu.

      Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.

     Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

1. Individu lawan masyarakat (individual vs community),  Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya.

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), Dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain. Kadang memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar.

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang.

 

C. 3 Prinsip dalam Pengambilan Keputusan. 

1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking). Prinsip ini berpijak pada aliran ulitarianism, yaitu mengerjakan apa yang dapat menghasilkan kebaikan terbesar untuk jumlah orang terbanyak.

2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking). Primsip ini berpijak dari filsafat, yaitu deontologis, dari bahasa yunani “deon” yang berarti tugas atau kewajiban.

3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Memutuskan sesuatu dengan pemikiran, apa yang anda harapkan orang lain lakukan terhadap anda.

 

D. 9 langkah pengambilan keputusan

1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

4. Pengujian benar atau salah

5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar

6. Melakukan Prinsip Resolusi

7. Investigasi Opsi Trilema

8. Buat Keputusan

9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

 

12.  Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah menerapkan pengambilan keputusan dalam situasi moral dilema. Perbedaanya pada saat itu saya tidak mengetahui apakah kasus yang terjadi pada saya ini termasuk dilema etika ataukah bujukan moral? Jadi saya menyelesaikannya berdasarkan hati nurani tanpa pertimbangan lainnya. Beda ceritanya dengan sekarang, Jika ada kasus saya akan menyelesaikannya dengan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan.

 

13.  Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Setelah saya mempelajari modul ini, dampaknya saya memahamai dan mampu membedakan antara dilema etika atau buukan moral, Selanjutnya saya juga mengetahui paradigma apa yang terjadi pada kasus saya, sehingga saya mampu menggunakan prinsip serta langkah-langkah pengambilan keputusan yang tepat.

 

14.  Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

      Sebagai seorang individu/ pribadi mempelajari modul ini sangatlah penting bagi sya, karena saya dapat mengambil keputusan yang terbaik bagi saya sendiri. Sedangkan manfaat mempelajari modul ini sebagai seorang pemimpin juga sangatah penting, karena dengan mempelajari materi dari modul ini kita akan dapat mempraktekkan pengambilan keputusan yang benar, dan  dapat mengidentifikasi setiap kasus yang terjadi sehingga mampu menemukan solusi yang tepat dalam menyelesaikan masalah yang ada di lingkungan yang saya pimpin. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Filsafat Ilmu dan Kebudayaan

Makalah Kecerdasan spiritual

Makalah Accelerated Learning