2.3.a.8. Koneksi Antar materi Modul 2.3
Oleh : Depi Rismayanti
CGP Angkatan 7 Kabupaten Sukabumi
Refleksi:
A.
Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar
Modul 2.3. Coaching untuk Supervisi
Akademik menjelaskan tentang:
Definisi coaching adalah hubungan
kemitraan dengan klien, dalam suatu percakapan yang kreatif dan memicu
pemikiran , untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional klien.
Coaching dalam konteks pendidikan coaching
menjadi salah satu proses menuntun belajar murid untuk mencapai kekuatan
kodratnya sebagai seorang pamong guru dapat memberikan tuntunan melalui
pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar
dari dirinya. Coaching sangat penting karena merupakan proses untuk mengaktivasi
kerja otak murid, pertanyaan-pertanyaan reflektif dan dapat membuat murid
melakukan metakognisi pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat
murid lebih berpikir secara kritis dan mendalami sehingga murid dapat
menunjukkan potensinya.
Tujuan coaching adalah menuntut kode untuk menemukan
ide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi atau mencapai tujuan
yang dikehendaki.
Paradigma berpikir coaching yaitu: Fokus pada
Coachee, Bersikap terbuka dan
ingin tahu lebih banyak, Memiliki kesadaran diri yang kuat, Saya membantu
Coachee melihat peluang-peluang baru.
Prinsip-prinsip coaching
1. Kemitraan, ditandai oleh adanya
tujuan percakapan yang disepakati, idealnya tujuan datang dari Coachee
2. Percakapan kreatif, yakni percakapan dua arah, percakapan
dilakukan untuk menggali memetakan situasi Coachee , percakapan ditujukan untuk
menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru,
3. Memaksimalkan potensi, Yaitu
percakapan harus ditutup dengan kesimpulan dan dinyatakan oleh coachee,
percakapan menghasilkan rencana tindakan.
Tiga kompetensi coaching
1. Presence, yaitu kemampuan untuk hadir
seutuhnya bagi Coachee kita,
2. Mendengarkan aktif, adalah kemampuan
untuk fokus pada apa yang dikatakan lawan bicara dan memahami keseluruhan makna
yang tidak terucapkan,
3. Melontarkan pertanyaan berbobot,
Mendengarkan dan bertanya dengan RASA,
yaitu: R = receive (Terima), A =
Acknowledge (Beri tanda), S = summarize (Rangkum), A = Ask (Tanya).
Alur percakapan TIRTA yaitu: T = Tujuan,
menyepakati topik pembicaraan dan hasil pembicaraan, I = identifikasi, menggali
dan memetakan situasi saat ini. Hubungkan fakta-fakta yang ada. R= rencana
aksi, mengembangkan ide untuk alternatif rencana aksi/solusi. TA= tanggung
jawab, berkomitmen akan langkah selanjutnya.
TIRTA merupakan pengembangan dari grow
model. Tirta berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti air, jadi di sini
murid dikatakan sebagai air, dan tugas guru memastikan air mengalir tanpa
sumbatan, coaching adalah alat untuk menyingkirkan sumbatan.
Umpan balik
berbasis coaching menurut Costa dan Garmstone (2016) dalam Cognitif coaching:
Developing Self Directed Leaders and
Learners ada beberapa jenis umpan balik yang mendukung kemandirian dan
penerimaan umpan balik yakni umpan balik dengan pertanyaan reflektif dan umpan
balik dengan menggunakan data yang valid.
Supervisi
akademik (SA)
Supervisi
akademik merupakan serangkaian aktivitas untuk memberikan dampak secara
langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran di kelas. Dalam pelaksanaannya
supervisi akademik sering dilihat sebagai proses penilaian satu arah dan
dilakukan menjelang akhir tahun ajaran. Supervisi akademik menjadi sebuah
tagihan atau kewajiban bagi para pemimpin sekolah dalam tanggung jawabnya
mengevaluasi para pendidik.
Dengan paradigma
berpikir coaching, supervisi akademik perlu dilihat sebagai kegiatan
berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru, kegiatan yang bertujuan untuk pemberdayaan
dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan
mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001).
Supervisi
akademik sebagai proses berkelanjutan yang memberdayakan. Fokus pengembangan
kompetensi seorang pendidik yaitu mendesain pembelajaran yang berpihak pada
murid yang berdampak pada pengembangan sekolah sebagai komunitas praktik
pembelajaran.
Tujuan pelaksanaan supervisi akademik
di sekolah (Sergiovanni, dalam Depdiknas 2007), yaitu:
1.
Pertumbuhan
setiap individu melihat supervisi sebagai bagian dari daur belajar bagi
pengembangan performa sebagai seorang guru,
2.
Perkembangan
supervisi mendorong individu dalam mengidentifikasi dan merencanakan area
pengembangan diri.
3.
Pengawasan,
sarana dalam monitoring pencapaian tujuan pembelajaran.
Beberapa
prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi:
Kemitraan, proses kolaboratif antara supervisor dan guru, Konstruktif bertujuan
mengembangkan kompetensi individu, Terencana, Reflektif, Objektif data informasi diambil berdasarkan
sasaran yang sudah disepakati, Berkesinambungan ,Komprehensif mencakup tujuan
dari proses supervisi akademik.
Tiga tahapan supervisi akademik
1. Perencanaan,
merumuskan tujuan, memilih pendekatan, teknik dan model, menetapkan jadwal, dan
mempersiapkan ragam instrumen
2.
Pelaksanaan,
keterlibatan guru dalam kegiatan-kegiatan sekolah observasi kelas/supervisi
klinis dan pelatihan,
3.
Tindak
lanjut perencanaan pengembangan diri dan pengembangan proses pembelajaran.
Supervisi klinis
Supervision for a Better School, Lovell (1980)
mendefinisikan Supervisi klinis sebagai rangkaian kegiatan berpikir dan
kegiatan praktik yang dirancang oleh guru dan supervisor dalam rangka
meningkatkan performa pembelajaran guru kelas.
Ciri supervisi klinis yaitu: Interaksi
yang bersifat kemitraan, Sasaran supervisi berpusat pada strategi pembelajaran
atau aspek pengajaran yang hendak dikembangkan oleh guru dan disepakati bersama
antara guru dan supervisor, Siklus supervisi klinis pra observasi observasi
kelas dan pasca observasi, Instrumen observasi disesuaikan dengan kebutuhan, Objektivitas
dalam data observasi, analisis dan umpan balik, Analisis dan interpretasi data
observasi dilakukan bersama-sama melalui percakapan guru dan supervisor, Menghasilkan
rencana perbaikan pengembangan diri, Merupakan kegiatan yang berkelanjutan.
Setelah mempelajari modul ini saya sangat termotivasi dan tercerahkan untuk dapat melaksanakan Coaching kepada rekan sejawat dengan menerapkan prinsip coaching untuk menemukan solusi atas masalah yang dihadapi. Saya yakin bahwa dengan menerapkan paradigma berpikir coaching dan prinsip-prinsip coaching dalam menyelesaikan masalah rekan sejawat akan lebih terbuka dan tidak merasa malu ketika menceritakan masalahnya kepada Coach. Saya juga menjadi lebih percaya diri untuk dapat menerapkan paradigma dan prinsip coaching kepada rekan sejawat setelah mendapat kesempatan beberapa kali untuk mempraktekkan proses coaching bersama rekan CGP yang lain (Ruang Kolaborasi dan Dempsntrasi Kontekstual).
Yang sudah baik dalam diri saya terkait
dengan modul 2.3 adalah saya jadi lebih memahami apa itu coaching dan penerapannya
dalam dunia pendidikan, melalui praktek
coaching yang sudah saya laksanakan saya telah mampu untuk melakukan coaching
dengan menggunakan alur TIRTA dengan baik, saya juga sudah mampu untuk menerapkan
paradigma berpikir dan prinsip coaching dengan baik serta telah mampu untuk
menguasai kompetensi inti coaching dengan baik.
Kompetensi yang akan saya tingkatkan ke
depannya adalah ketika melaksanakan Coaching saya akan lebih fokus pada Coachee saat melakukan coaching, agar saya bisa
menggali lebih dalam potensi yang dimiliki Coachee, tanpa adanya asumsi-asumsi pribadi dari diri
saya.
Keterkaitan terhadap kompetensi dan
kematangan diri pribadi adalah dengan belajarnya modul 2.3 tentang coaching untuk supervisi akademik saya lebih
paham dan materi ini menambah wawasasan dan pengetahuan saya tentang Coaching
untuk supervise akademik, Dengan proses Coaching ini juga meningkatkan
kematangan pribadi saya dalam membantu
rekan sejawat untuk mengatasi masalahnya.
B. Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP
1.
Bagaimana Penerapan Coaching untuk Supervisi Akademik.
Supervisi akademik sejatinya adalah
kegiatan pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan
performa mengajar dan pencapaian tujuan pembelajaran. Penerapan konsep coaching
dalam supervise akademik dibutuhkan sebagai sarana untuk meningkatan motivasi
atau komitmen diri seorang guru agar kualitas pembelajaran meningkat seiring
meningkatnya komitmen dan motivasi kerja para guru.
Dalam pelaksanaannya supervisi akademik dengan
menggunakan prinsip coaching diharapkan dapat membangun kemitraan dan membuka
peluang akselerasi kesadaran yang mendorong tindakan aksi yang dilandasi oleh
kepercayaan antara Coachee kepada coach.
Ketika proses coaching dilaksanakan coachee dan coach tidak perlu memandang
perbedaan jabatan karena supervisi merupakan sebuah proses kolaborasi antara supervisor dalam hal
ini adalah coach dan guru sebagai coacheenya.
2. Materi yang dipelajari dengan pemikiran
pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru.
Materi
coaching untuk supervise akademik adalah materi baru yang penulis pelajari.
Sehingga ini membuat pengetahuan dan ilmu yang baru yang dapat menambah wawasan
penulis. Karena pandangan guru-guru dan penulis tentang supervisi selama ini
berbeda dengan yang dipelajari pada modul ini.
3. Apa tantangan implementasi coaching di sekolah?
Bagi sebagian guru mendengar kata Supervisi itu
identic dengan penilaian kepala sekolah kepada guru. Sehingga kegiatan
supervisi ini hanya menjadi kegiatan mencari kekurangan guru dan Guru merasa
terbebani ketika di supervise oleh Kepala sekolah.
4. Bagaimana alternatif pemecahan masalah yang ada?
Untuk mengatasi masalah tersebut saya
akan melakukan sosialisasi serta memberikan pemahaman dan memberikan contoh
aksi tentang apa sebenarnya supervisi akademik dengan menggunakan konsep coaching. Membangun komunikasi dan hubungan
yang baik dengan rekan sejawat sehingga ketika menghadapi masalah tidak segan
untuk meminta di supervisi dengan menggunakan konsep coaching.
C.Membuat
keterhubungan
1. Pembelajaran berdiferensiasi dengan Coaching untuk Supervisi Akademik
Ketika supervisi akademik
dilaksanakan, pastilah ditemukan permasalahan yang tentunya berkaitan dengan pembelajaran
dan dunia pendidikan. Untuk mengatasi permasalahan ini maka Pembelajaran
berdiferensiasi dapat kita jadikan sebagai salah satu alternative yang bisa
digunakan untuk menggali informasi atau identifikasi dari masalah yang ada.
Tekhnik coaching dapat dijadikan sebagai
salah satu alternatif pemecahan masalah yang timbul sehingga kita bisa menuntun
Coachee kita untuk menemukan solusi permasalahannya sendiri melalui
pembelajaran berdiferensiasi.
2. Pembelajaran sosial dan emosional dengan
coaching untuk supervisi akademik
Pembelajaran
social dan emosional sangat diperlukan untuk melaksanakan supervisi akademik. Kompetensi
sosial dan emosional, yakni kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial,
keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab menjadi
salah satu syarat keberhasilan dalam pelaksanaan supervisi akademik yakni bagi
coach maupun Coachee.
Seorang Coach
perlu memahami dan menumbuhkan kompetensi sosial dan emosional agar mampu
mengendalikan dirinya dan menuntun Coachee untuk menemukan solusi atas
masalahnya. Seorang Coachee juga perlu menerapkan teknik stop guna menghadirkan
maindfullness saat proses coaching. Sehingga ia akan fokus pada masalah coacheenya
dan coachee juga akan lebih fokus dalam proses identifikasi sehingga dapat
ditemukan solusi yang sesuai atas masalah yang dihadapinya
3. Coaching dengan Konsep Pendidikan menurut KHD.
Komentar
Posting Komentar